Basis inovasi teknologi guna peningkatan pengetahuan,perubahan sikap dan keterampilan pelaku utama dan pelaku usaha pertanian
Senin, 04 Juni 2018
MEMILIH BIBIT JERUK YANG BENAR
Bagaimana Memilih Bibit Jeruk yang Benar
Kesalahan memilih bibit jeruk akan mengakibatkan pemeliharaan tanaman akan sulit dilakukan secara optimal karena pertumbuhan tananaman di lapangan menjadi sering lambat dan bahkan berhenti, dan selain itu menimbulkan kekecewaan pada petani karena pada saat pohon mulai berbuah hasilnya tidak seperti apa yang diharapkan.
Bibit jeruk keprok SoE yang bermutu adalah bibit berlabel biru karena bibitnya telah dinyatakan bebas dari penyakit sistemik (CVPD dan lainnya) dan dijamin kebenarannya serta kemurniannya oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, jadi jika petani ingin menanam jeruk keprok SoE atau menyulam tanaman jeruk sakit yang sudah dibongkar, maka gunakan bibit berlabel biru.
Terdapat dua cara memproduksi bibit jeruk berlabel biru, yaitu dalam polibag dan bedengan. Pembibitan jeruk di polibag dimulai dari pemindahan semaian batang bawah, okulasi, dan pemeliharaan hingga bibit okulasi siap siar seluruhnya dilakukan di polibag. Pembibitan di bedengan dimulai dari pemindahan semaian batang bawah, okulasi, dan pemeliharaan hingga bibit okulasi siap siar atau ditanam di lapang dilakukan di bedengan. Bibit jeruk yang berasal dari bedengan dan setelah dipindahkan ke polibag kemudian mengeluarkan tunas pucuk baru, biasanya sekitar 2 bulan kemudian, dan bibitnya bisa disebut bibit yang diproduksi di polibag. BPSB akan memeriksa secara periodik tahapan penting proses produksi bibit jeruk keprok SoE sebelum dinyatakan lulus dan diberi label biru.
Cara Memilih Bibit Bermutu
a. Bibit jeruk bermutu keragaannya tegak, batang bibit lurus tidak bengkok, daun hijau segar, dan tidak sedang berpupus.
b. Bibit polibag siap ditanam setelah minimal mempunyai tinggi 50 cm dari pangkal batang
c. Bibit bedengan yang ditransplanting di polibag siap ditanam setelah mempunyai tinggi minimal 70 cm dari pangkal batang dan pupus barunya telah tumbuh sempurna.
d. Bibit telah dilabel biru
Bibit jeruk dalam polibag mempunyai sistem perakaran utuh sedangkan bibit dari bedengan yang dipindahkan ke polibag sistem perakarannya tidak utuh lagi. Setelah ditanam di lapang, bibit dari polibag biasanya tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang diproduksi di bedengan
sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur
Senin, 07 Mei 2018
BUDIDAYA JAGUNG MANIS
BUDIDAYA JAGUNG MANIS
Jagung manis (Zea mays saccharata) adalah tanaman yang rentan terhadap
serangan hama dan penyakit dibanding jagung biasa. Namun dilihat dari
nilai jualnya, jagung manis menawarkan harga yang lebih baik sehingga
sangat digemari oleh masyarakat karena dapat dikonsumsi langsung seperti
jagung rebus atau jagung bakar, dan pemasaran jagung manis terbuka
sampai ke tingkat retail.
Budidaya jagung manis bisa dilakukan dalam
kisaran iklim yang luas. Tanaman ini memiliki tingkat adaptasi yang
tinggi. Di Indonesia jagung manis bisa dibudidayakan mulai dari dataran
rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 1.800 meter dpl bahkan
dibelahan dunia lain bisa tumbuh pada 3.000 meter dpl. Suhu ideal untuk
pertumbuhan jagung manis adalah 21-30 oC. Secara teori budidaya jagung
manis bisa tumbuh di atas tanah dengan tingkat keasaman (pH) 5-6.
Budidaya jagung manis tidak akan maksimal apabila kebutuhan hara tidak
tercukupi, tanaman ini memerlukan unsur nitrogen (N) dalam jumlah besar.
Namun pemberian pupuk harus memperhatikan keseimbangan antara nitrogen,
kalium (K) dan pospat (P).
Pengolahan lahan secara organik
Budidaya jagung manis bisa ditanam di lahan bekas sawah secara langsung
atau bisa dibuat bedengan. Usahakan agar lahan tidak tergenang air.
Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 20-30 cm, jarak
antar bedengan sebesar 30 cm. Dalam satu bedeng bisa ditanam dua larik
tanaman.
Pemupukan
Pemupukan dasar untuk budidaya jagung manis
organik sebaiknya campuran dari pupuk kotoran ayam dengan kotoran sapi
atau kambing dengan komposisi 1:1. Pupuk kotoran ayam memberikan kadar N
yang banyak dan lebih cepat terurai, sedangkan pupuk kotoran sapi atau
kambing lebih kaya akan K dan P. Kebutuhan pupuk dengan metode organik
adalah sekitar 5 ton per hektar.
Penanaman dan perawatan
Penanaman jagung manis paling efektif dengan cara ditugal. Buatlah
lubang sedalam 2-3 cm kemudian masukkan 2 butir benih jagung. Setelah
itu tutup dengan tanah dan kompos, kemudian siram agar kelembaban tanah
terjaga. Kebutuhan benih budidaya jagung manis adalah 8 kg per hektar.
Jarak tanam pada budidaya jagung manis adalah 60-75 cm. Jarak tanam ini
mengikuti jumlah populasi ideal tanaman. Budidaya jagung manis akan
menuai hasil baik dengan menjaga populasi tanaman sebanyak 34.000 -
37.000 tanaman per hektar.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama
yang banyak ditemukan dalam budidaya jagung manis antara lain penggerek,
penggerek tongkol, belalang, kutu daun dan tikus. Berikut sifat-sifat
hama pada tanman jagung manis:
• Penggerek batang jagung (O.
furnacalis), hama ini menyerang tanaman pada vase vegetatif maupun
generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian
batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Penggerek batang jagung bisa
dikendalikan secara teknis dengan mengatur rotasi tanam seperti dengan
kedelai dan kacang tanah. Selain itu bisa juga dengan dengan memotong
bunga jantan dan menerapkan waktu tanam yang tepat. Pembasmian hayati
dengan memanfaatkan musuh alami seperti Trichogramma spp. atau predator
alami Euborellia annulata yang memangsa larva.
• Ulat Tongkol (H.
armigera), hama ini menyerang tongkol jagung. Pada awalnya imago
meninggalkan telur pada rambut-rambut jagung. Setelah larva tumbuh akan
masuk kedalam tongkol. Hama ini mempunyai kebiasaan berpindah-pindah,
sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tongkol jagung bisa lebih
banyak dibanding jumlah larvanya. Pencegahan terhadap hama ini adalah
dengan menerapkan pengolahan tanah yang baik. Pengolahan tanah yang baik
akan mengurangi populasi ulat tongkol berikutnya. Musuh utama dari hama
ini adalah Trichogramma spp. yang merupakan parasit telur dan Eriborus
argentiopilosa parasit pada larva muda.
• Kutu Daun (R. maidis),
hama ini mengeluarkan embun madu pada daun yang berubah menjadi jelaga
warna hitam. Noda-noda tersebut akan menghambat daun melakukan
fotosintesis. Musuh alami hama ini adalah Lysiphlebus mirzai, Coccinella
sp. dan Micraspis sp. Kultur teknis yang bisa dilakukan untuk
menghindari serangan hama ini dengan melakukan polikultur tanaman atau
menumpang-sarikan jagung manis dengan tanaman lain.
• Belalang (Oxya
spp.), hama ini banyak berkembang didataran rendah yang berupa padang
rumput atau pesawahan. Beberapa musuh alami belalang adalah Systoechus
sp., burung dan laba-laba. Selain itu patogen seperti Metarhizium
anisopliae merupakan musuh belalang. Metarhizium anisopliae merupakan
bahan biopestisida yang sanggup mengendalikan 70-90% hama belalang.
•
Tikus (Rattus argentiventer), hama ini biasanya menyerang tanaman
jagung manis yang ditanam di lahan sawah. Tikus memakan tongkol muda
yang sedang matang susu, umumnya tikus memakan tongkol dari ujung hingga
pertengahan pangkal. Pengendalian hama tikus secara organik adalah
dengan memburu dan membasmi tikus dari sarangnya.
Disamping hama,
budidaya jagung manis tidak terlepas dari serangan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, virus maupun cendawan. Berikut beberapa
penyakit yang sering menyerang tanaman jagung manis terutama yang
ditanam di daerah tropis:
• Bule (Peronosclespora Maydis), gejala
penyakit bule adalah permukaan daun bergaris-garis putih sampai kuning
diikuti dengan warna coklat. Kemudian kerusakan menyerang tongkol.
Penyakit ini bisa dihindari dengan pemilihan varietas benih yang tahan
P. Maydis, memusnahkan tanaman terinfeksi, penanaman sesuai musim, dan
rotasi tanaman.
• Karat (Puccinia sorghi), gejalanya terdapat
bercak-bercak bisul berwarna coklat sampai oranye pada permukaan daun
bagian atas. Bisa dikendalikan dengan pemilihan varietas benih, menjaga
sanitasi kebun dan aplikasi biopestisida apabila bisul muncul pada
permukaan daun.
• Hawar daun (Helminthosporium turcicum), penyakit
ini menyerang daun dengan gejala awal bercak-bercak kecil berbentuk oval
yang berkembang menjadi hawar berwarna coklat keabu-abuan. Biasanya
serangan ditemukan pada daun tua (bawah) kemudian menjalar ke daun muda
(atas). Untuk mengendalikannya gunakan varietas yang tahan, pengolahan
tanah yang baik, penyiangan dan pengaturan jarak tanam. Pada budidaya
jagung manis non-organik bisa diaplikasikan fungisida.
Panen
Jagung manis dapat dipanen setelah berumur 65-75 hari. Dengan ciri
klobot (bungkus janggel jagung) berwarna coklat muda dan kering serta
bijinya mengkilat. Pemetikan jagung manis sebaiknya dilakukan pada pagi
hari, karena udara panas cendrung dapat mengurangi kadar gula pada biji
jagung manis. Untuk mempertahankan kadar gula lebih lama, selepas panen
dari kebun harus segera masuk ke ruang pendingin pada temperatur 1-5 oC.
Langganan:
Postingan (Atom)