Panen dan Penanganan Pasca Panen Ranting Mata Tempel Jeruk Bebas Penyakit
Alur distribusi materi perbanyakan
jeruk bebas penyakit yang secara nasional telah dibakukan mengikuti
beberapa tahapan, yaitu berawal dari Blok Fondasi (BF) yang
merupakan benih dasar yang berasal dari pohon induk bebas penyakit atau benih
penjenis di LOLITJERUK, kemudian ke Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang
merupakan benih pokok dari BF, dan selanjutnya mata tempel dari BPMT ini akan
digunakan di Blok Penggandaan Benih Komersial (BPBK) atau penangkar bibit untuk
menghasilkan benih sebar. Proses produksi bibit di setiap tahapan
dilakukan berdasarkan regulasi yang berlaku dan dalam pelaksanaannya
diawasi oleh petugas BPSB setempat secara berkala guna menjamin bahwa bibit yang
dihasilkan benar benar bebas penyakit.
Bibit jeruk komersial berlabel bebas
penyakit yang ada di Indonesia umumnya diperbanyak dengan cara okulasi sehingga
mutu mata tempel yang digunakan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan
okulasi dan bibit jadinya. BPMT yang dikelola secara optimal akan mampu
menghasilkan mata tempel yang bermutu dan dapat diatur ketersediannya pada saat
dibutuhkan oleh penangkar bibit.
Ranting mata tempel yang telah
dipanen adakalanya bisa mengalami kemunduran mutu akibat cara panen dan
penanganan pasca panennya yang kurang benar, sehingga pengelola BPMT
perlu memahami cara dan penanganan pasca panen ranting mata tempel yang benar
dan efisien. Prinsip efisiensi produksi bibit jeruk berlabel bebas penyakit
adalah satu biji dan satu mata tempel harus menjadi satu bibit okulasi yang
bermutu.
Panen Ranting Mata Tempel
Panen Ranting Mata Tempel
Cara panen ranting mata tempel yang
salah akan mempengaruhi mutu dan tindakan pengelolaan pemeliharaan BPMT
selanjutnya. Artinya, bahwa panen mata tempel yang tidak tepat waktunya dan
dilakukan secara selektif atau tidak serentak terbukti dapat mengakibatkan
perubahan pola pertumbuhan tunas selanjutnya, pemeliharaan menjadi tidak
efisien dan waktu panen sulit diprediksi. Ranting mata tempel harus tersedia
dalam jumlah yang mencukupi pada saat diperlukan yaitu pada musim penempelan
yang biasanya pada musim kemarau. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memanen ranting mata tempel adalah :
- Gunting pangkas dan pisau okulasi yang digunakan untuk memanen dan memroses lebih lanjut ranting mata tempel, sebelumnya harus disucihamakan dengan mecelupkan ke dalam alkohol 70% atau klorox, atau diusap dengan kapas yang dibasahi disinfektan.
- Ranting mata tempel dinyatakan siap dipanen sekitar 3-4 bulan setelah pemangkasan bentuk atau panen, penampang ranting sudah berbentuk bulat hingga tidak terlalu pipih, mata tunas menonjol (tidak dorman), tidak cacat dan warna ranting hijau segar.
- Panen ranting mata tempel dalam satu tanaman sebaiknya dilakukan serentak dalam kondisi sedang tidak berpupus. Keuntungan panen secara serentak adalah jumlah mata tempel yang akan dipanen berikutnya dapat diprediksi. Panen mata tempel secara selektif dapat dilakukan dan biasanya hanya untuk memenuhi kebutuhan mata tempel dalam jumlah sedikit tapi kontinyu.
- Setiap tanaman di BPMT dinyatakan siap dipanen bila lebih dari 70% ranting yang ada memenuhi kriteria siap dipanen. Panen ranting mata tempel secara serentak dapat dilakukan jika lebih dari 70% populasi tanaman yang ada dalam kondisi siap dipanen ranting mata tempelnya.
- Setiap ranting mata tempel yang dipanen sebaiknya memiliki daun yang masih melekat utuh, yang menandakan mata tempel dalam kondisi aktif.
Perlakuan Pasca Panen
Ranting mata tempel yang dipanen
dari BF maupun BPMT masih dapat tercemar tujuh macam jamur yaitu : Fusarium sp,
Collectroticum sp, Cercospora sp, Phytium sp, Alternaria sp, Aspergilus sp dan
Penicillium sp yang diyakini dapat menurunkan mutu mata tempel terutama selama
menjalani pengiriman dan penyimpanan. Perlakuan pasca panen ranting mata tempel
bertujuan untuk mengeleminasi serangan jamur sekaligus meningkatkan ketahanan
mata tempel dalam menjalani pengiriman dan penyimpanan serta meningkatkan
persen tempelan jadi. Tahapan perlakuan ranting mata tempel adalah sebagai
berikut:
- Membuang daun dengan memotong tangkai daunnya. Pembuangan daun dengan tangan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan di sekitar mata tempel.
- Membuang bagian ranting mata tempel yang penampangnya terlalu pipih dan mata tempel dorman yang biasanya terletak pada bagian pangkal ranting mata tempel terutama mata tempel yang tidak berdaun.
- Mencuci potongan ranting mata tempel dengan air bersih beberapa kali, kemudian direndam dalam larutan klorok 10% (100 ml kloroks + 900 ml air) selama 1 menit dan kemudian ditiriskan dan dikeringanginkan.
- Ranting mata tempel, selanjutnya direndam dalam larutan berbahan aktif Benomyl 1% (10 gr Benomyl + 990 ml air) selama 1 menit, selanjutnya ditiriskan dan dikeringanginkan. Jika diperlukan, pengeringan bisa dilakukan dengan bantuan kipas angin. Volume larutan yang disediakan disesuaikan dengan jumlah ranting mata tempel dan diupayakan seluruh bagian ranting mata tempel dapat terendam sempurna.
- Mata tempel siap diokulasikan, disimpan atau dikirim ke tempat tujuan pemesan.
Pengemasan,
Penyimpanan dan Pengiriman
- Luka bekas potongan bagian pangkal dan ujung ranting mata tempel yang telah telah diperlakukan dicelupkan ke dalam parafin atau lilin yang yang telah dicairkan guna menghindari penguapan yang berlebihan.
- Ranting mata tempel kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan yang ujungnya diikat rapat. Ukuran kantong plastik disesuaikan dengan jumlah ranting mata tempel yang akan dikemas. Akhir-akhir ini, tersedia kantong plastik khusus yang mampu melewatkan gas ethylen yang dikeluarkan ranting mata tempel sehingga bisa meningkatkan daya simpannya.
- Penyimpanan dapat dilakukan dengan menyimpan bungkusan ranting mata tempel tersebut di atas ke dalam refrigerator/ruang pendingin bersuhu antara 4°-7°C. Pada kondisi ini ranting mata tempel dapat bertahan selama sekitar 10 hari.
- Pengirman ranting mata tempel dapat dilakukan dengan memasukkan dan menata bungkusan plastik berisi ranting mata tempel (tahap 2) ke dalam gabus plastik atau stryrofoam sesuai volumenya; selanjutnya setelah ditutup rapat dengan selotip dimasukkan ke dalam kardus relatif tebal yang ditutup rapat dengan selotip.
- Untuk pengiriman jarak yang lebih jauh, ranting mata tempel sebelum dibungkus kantong plastik transparan dibungkus dengan kertas koran yang sebelumnya disimpan semalam di refrigerator bersuhu 4°-7°C.
Perlakuan Pasca
Penyimpanan dan Pengiriman
Ranting mata tempel yang disimpan
dalam ruang pendingin (refrigerator) pada suhu 4°-7°C atau yang dikemas selama
pengiriman bertujuan untuk mempertahankan mutu mata tempel dalam beberapa hari,
dan selanjutnya mata tempel harus segera diokulasikan. Ranting mata tempel yang
dikeluarkan dari refrigerator atau kemasan pengiriman tidak boleh langsung
diokulasikan pada batang bawah di lapang, tetapi harus diperlakukan lagi,
karena kesalahan penanganan akan menyebabkan keberhasilan tempelan jadi rendah.
Selama dalam refrigerator, terjadi penurunan suhu jaringan pada ranting dan
apabila langsung diokulasikan di lapang akan terjadi perbedaan suhu secara
menyolok sehingga menyebabkan mata tempel menjadi layu berkerut dan beberapa
beberapa hari kemudian mati. Demikian pula pada ranting mata tempel hasil
pengiriman, yang selama di perjalanan akan mengalami fluktuasi suhu dalam
kemasan yang tidak menentu. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk
mencegah resiko kegagalan okulasi pasca penyimpanan dan pengiriman :
- Keluarkan ranting mata tempel dari refrigerator atau kemasan pengiriman.
- Bukalah pembungkusnya, dan letakkan ranting pada wadah kering dalam ruangan teduh (suhu ruang) beberapa lama supaya mengalami adaptasi dengan suhu luar.
- Periksa dan seleksi apabila ditemukan ranting yang kering, cacat terserang cendawan atau busuk dan segera dibuang, sedangkan sisa ranting yang utuh/normal diperlakukan dengan pencelupan dalam larutan fungisida benomyl (seperti pada perlakukan di atas). Apabila ranting mengandung uap air/basah, keringkan beberapa saat sampai ranting benar-benar kering (apabila perlu gunakan kipas angin). Ranting mata tempel untuk okulasi harus pada kondisi tidak mengandung uap air/basah.