Basis inovasi teknologi guna peningkatan pengetahuan,perubahan sikap dan keterampilan pelaku utama dan pelaku usaha pertanian
Minggu, 16 September 2012
Ceramah · Abdullah Shaleh Hadrami · Kesalahan2 dalam Pakaian Wanita
Ceramah · Abdurrahman bin Muhammad Musa Alu Nashr · Hak-hak Nabi Muhammad (Kajian di Lombok)
Rabu, 04 Juli 2012
PANEN MATA TEMPEL JERUK
Panen dan Penanganan Pasca Panen Ranting Mata Tempel Jeruk Bebas Penyakit
Alur distribusi materi perbanyakan
jeruk bebas penyakit yang secara nasional telah dibakukan mengikuti
beberapa tahapan, yaitu berawal dari Blok Fondasi (BF) yang
merupakan benih dasar yang berasal dari pohon induk bebas penyakit atau benih
penjenis di LOLITJERUK, kemudian ke Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang
merupakan benih pokok dari BF, dan selanjutnya mata tempel dari BPMT ini akan
digunakan di Blok Penggandaan Benih Komersial (BPBK) atau penangkar bibit untuk
menghasilkan benih sebar. Proses produksi bibit di setiap tahapan
dilakukan berdasarkan regulasi yang berlaku dan dalam pelaksanaannya
diawasi oleh petugas BPSB setempat secara berkala guna menjamin bahwa bibit yang
dihasilkan benar benar bebas penyakit.
Bibit jeruk komersial berlabel bebas
penyakit yang ada di Indonesia umumnya diperbanyak dengan cara okulasi sehingga
mutu mata tempel yang digunakan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan
okulasi dan bibit jadinya. BPMT yang dikelola secara optimal akan mampu
menghasilkan mata tempel yang bermutu dan dapat diatur ketersediannya pada saat
dibutuhkan oleh penangkar bibit.
Ranting mata tempel yang telah
dipanen adakalanya bisa mengalami kemunduran mutu akibat cara panen dan
penanganan pasca panennya yang kurang benar, sehingga pengelola BPMT
perlu memahami cara dan penanganan pasca panen ranting mata tempel yang benar
dan efisien. Prinsip efisiensi produksi bibit jeruk berlabel bebas penyakit
adalah satu biji dan satu mata tempel harus menjadi satu bibit okulasi yang
bermutu.
Panen Ranting Mata Tempel
Panen Ranting Mata Tempel
Cara panen ranting mata tempel yang
salah akan mempengaruhi mutu dan tindakan pengelolaan pemeliharaan BPMT
selanjutnya. Artinya, bahwa panen mata tempel yang tidak tepat waktunya dan
dilakukan secara selektif atau tidak serentak terbukti dapat mengakibatkan
perubahan pola pertumbuhan tunas selanjutnya, pemeliharaan menjadi tidak
efisien dan waktu panen sulit diprediksi. Ranting mata tempel harus tersedia
dalam jumlah yang mencukupi pada saat diperlukan yaitu pada musim penempelan
yang biasanya pada musim kemarau. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memanen ranting mata tempel adalah :
- Gunting pangkas dan pisau okulasi yang digunakan untuk memanen dan memroses lebih lanjut ranting mata tempel, sebelumnya harus disucihamakan dengan mecelupkan ke dalam alkohol 70% atau klorox, atau diusap dengan kapas yang dibasahi disinfektan.
- Ranting mata tempel dinyatakan siap dipanen sekitar 3-4 bulan setelah pemangkasan bentuk atau panen, penampang ranting sudah berbentuk bulat hingga tidak terlalu pipih, mata tunas menonjol (tidak dorman), tidak cacat dan warna ranting hijau segar.
- Panen ranting mata tempel dalam satu tanaman sebaiknya dilakukan serentak dalam kondisi sedang tidak berpupus. Keuntungan panen secara serentak adalah jumlah mata tempel yang akan dipanen berikutnya dapat diprediksi. Panen mata tempel secara selektif dapat dilakukan dan biasanya hanya untuk memenuhi kebutuhan mata tempel dalam jumlah sedikit tapi kontinyu.
- Setiap tanaman di BPMT dinyatakan siap dipanen bila lebih dari 70% ranting yang ada memenuhi kriteria siap dipanen. Panen ranting mata tempel secara serentak dapat dilakukan jika lebih dari 70% populasi tanaman yang ada dalam kondisi siap dipanen ranting mata tempelnya.
- Setiap ranting mata tempel yang dipanen sebaiknya memiliki daun yang masih melekat utuh, yang menandakan mata tempel dalam kondisi aktif.
Perlakuan Pasca Panen
Ranting mata tempel yang dipanen
dari BF maupun BPMT masih dapat tercemar tujuh macam jamur yaitu : Fusarium sp,
Collectroticum sp, Cercospora sp, Phytium sp, Alternaria sp, Aspergilus sp dan
Penicillium sp yang diyakini dapat menurunkan mutu mata tempel terutama selama
menjalani pengiriman dan penyimpanan. Perlakuan pasca panen ranting mata tempel
bertujuan untuk mengeleminasi serangan jamur sekaligus meningkatkan ketahanan
mata tempel dalam menjalani pengiriman dan penyimpanan serta meningkatkan
persen tempelan jadi. Tahapan perlakuan ranting mata tempel adalah sebagai
berikut:
- Membuang daun dengan memotong tangkai daunnya. Pembuangan daun dengan tangan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan di sekitar mata tempel.
- Membuang bagian ranting mata tempel yang penampangnya terlalu pipih dan mata tempel dorman yang biasanya terletak pada bagian pangkal ranting mata tempel terutama mata tempel yang tidak berdaun.
- Mencuci potongan ranting mata tempel dengan air bersih beberapa kali, kemudian direndam dalam larutan klorok 10% (100 ml kloroks + 900 ml air) selama 1 menit dan kemudian ditiriskan dan dikeringanginkan.
- Ranting mata tempel, selanjutnya direndam dalam larutan berbahan aktif Benomyl 1% (10 gr Benomyl + 990 ml air) selama 1 menit, selanjutnya ditiriskan dan dikeringanginkan. Jika diperlukan, pengeringan bisa dilakukan dengan bantuan kipas angin. Volume larutan yang disediakan disesuaikan dengan jumlah ranting mata tempel dan diupayakan seluruh bagian ranting mata tempel dapat terendam sempurna.
- Mata tempel siap diokulasikan, disimpan atau dikirim ke tempat tujuan pemesan.
Pengemasan,
Penyimpanan dan Pengiriman
- Luka bekas potongan bagian pangkal dan ujung ranting mata tempel yang telah telah diperlakukan dicelupkan ke dalam parafin atau lilin yang yang telah dicairkan guna menghindari penguapan yang berlebihan.
- Ranting mata tempel kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan yang ujungnya diikat rapat. Ukuran kantong plastik disesuaikan dengan jumlah ranting mata tempel yang akan dikemas. Akhir-akhir ini, tersedia kantong plastik khusus yang mampu melewatkan gas ethylen yang dikeluarkan ranting mata tempel sehingga bisa meningkatkan daya simpannya.
- Penyimpanan dapat dilakukan dengan menyimpan bungkusan ranting mata tempel tersebut di atas ke dalam refrigerator/ruang pendingin bersuhu antara 4°-7°C. Pada kondisi ini ranting mata tempel dapat bertahan selama sekitar 10 hari.
- Pengirman ranting mata tempel dapat dilakukan dengan memasukkan dan menata bungkusan plastik berisi ranting mata tempel (tahap 2) ke dalam gabus plastik atau stryrofoam sesuai volumenya; selanjutnya setelah ditutup rapat dengan selotip dimasukkan ke dalam kardus relatif tebal yang ditutup rapat dengan selotip.
- Untuk pengiriman jarak yang lebih jauh, ranting mata tempel sebelum dibungkus kantong plastik transparan dibungkus dengan kertas koran yang sebelumnya disimpan semalam di refrigerator bersuhu 4°-7°C.
Perlakuan Pasca
Penyimpanan dan Pengiriman
Ranting mata tempel yang disimpan
dalam ruang pendingin (refrigerator) pada suhu 4°-7°C atau yang dikemas selama
pengiriman bertujuan untuk mempertahankan mutu mata tempel dalam beberapa hari,
dan selanjutnya mata tempel harus segera diokulasikan. Ranting mata tempel yang
dikeluarkan dari refrigerator atau kemasan pengiriman tidak boleh langsung
diokulasikan pada batang bawah di lapang, tetapi harus diperlakukan lagi,
karena kesalahan penanganan akan menyebabkan keberhasilan tempelan jadi rendah.
Selama dalam refrigerator, terjadi penurunan suhu jaringan pada ranting dan
apabila langsung diokulasikan di lapang akan terjadi perbedaan suhu secara
menyolok sehingga menyebabkan mata tempel menjadi layu berkerut dan beberapa
beberapa hari kemudian mati. Demikian pula pada ranting mata tempel hasil
pengiriman, yang selama di perjalanan akan mengalami fluktuasi suhu dalam
kemasan yang tidak menentu. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk
mencegah resiko kegagalan okulasi pasca penyimpanan dan pengiriman :
- Keluarkan ranting mata tempel dari refrigerator atau kemasan pengiriman.
- Bukalah pembungkusnya, dan letakkan ranting pada wadah kering dalam ruangan teduh (suhu ruang) beberapa lama supaya mengalami adaptasi dengan suhu luar.
- Periksa dan seleksi apabila ditemukan ranting yang kering, cacat terserang cendawan atau busuk dan segera dibuang, sedangkan sisa ranting yang utuh/normal diperlakukan dengan pencelupan dalam larutan fungisida benomyl (seperti pada perlakukan di atas). Apabila ranting mengandung uap air/basah, keringkan beberapa saat sampai ranting benar-benar kering (apabila perlu gunakan kipas angin). Ranting mata tempel untuk okulasi harus pada kondisi tidak mengandung uap air/basah.
Sabtu, 19 Mei 2012
PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI DEMFARM PADI
Pemberdayaan Petani Melalui Demfarm Padi
Pemberdayaan
Petani melalui Demfarm Padi merupakan upaya fasilitasi pembelajaran
bagi petani/kelompoktani dengan menerapkan teknologi padi yang sudah
teruji agar mereka mampu menggunakan potensi yang dimilikinya dalam
meningkatkan produksi dan produktivitas padi.
Untuk mewujudkan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, pada
tahun 2012 diperlukan luas tanam sebesar 14,02 juta ha. Dari luasan
tersebut, kegiatan SL-PTT memerlukan luas tanam sebesar 3,5 juta ha,
GP3K sebesar 1,14 juta ha, SRI sebesar 60 ribu ha, swadaya murni petani
sebesar 8,85 juta ha, dan sisanya (perluasan areal tanam dan pengurangan
lahan) sebesar 0,47 juta ha. Lahan swadaya murni petani meliputi lahan
pasang surut, lahan lebak, lahan gambut, lahan tadah hujan, lahan
kering dan lahan irigasi teknis.
Dalam rangka pengawalan dan pendampingan kepada petani di lahan
swadaya murni petani seluas 8,85 juta ha, Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (Badan PPSDMP) mengembangkan
kegiatan Pemberdayaan Petani melalui Metode Demfarm dengan Pola
SL-Agribisnis Padi.
Pemberdayaan Petani melalui Demfarm Padi merupakan upaya fasilitasi
pembelajaran bagi petani/kelompoktani melalui penerapan teknologi padi
yang sudah teruji agar mereka mampu menggunakan potensi yang dimilikinya
dalam meningkatkan produksi dan produktivitas padi. Dari kegiatan
tersebut, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap bagi para petani dalam agribisnis padi, sehingga terjadi
peningkatan produktivitas dan produksi padi dalam mendukung terwujudnya
target surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014.
Demonstrasi Farming Padi
Demfarm padi sebagai
sarana pembelajaran petani dimaksudkan: (1) Mempercepat proses
diseminasi teknologi padi kepada petani; (2) Meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap petani dalam menerapan teknologi padi; (3)
Menerapkan berbagai metode penyuluhan; (4) Menumbuh-kembangkan
kelembagaan petani; dan (5) Menumbuh kembangkan penyuluh swadaya.
Komponen Pemberdayaan Petani melalui Demfarm Padi, terdiri dari:
1. Petani peserta pemberdayaan demfarm berasal dari satu poktan yang sama dengan jumlah 20-30 orang;
2. Penyuluh pendamping berperan sebagai fasilitator dalam proses pemberdayaan petani;
3.
Teknologi yang digunakan telah teruji (secara teknis mudah diterapkan,
secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial budaya dapat diterima
masyarakat), meliputi benih, pupuk berimbang, pola tanam, pengendalian
OPT, dan pascapanen;
Selasa, 08 Mei 2012
Sabtu, 31 Maret 2012
RAJA TIKUS
BENARKAH TIKUS PUNYA RAJA ?
Salam Petanian ! Hama padaTanaman padi yang
sampai saat ini sangat sulit dikendalikan adalah hama tikus. Dengan
berbagai cara petani mencoba mengupayakan untuk menanggulanginya.
Gropyokan, emposan, musuh alami, racun, jebakan bahkan sampai dengan
cara pemberian aroma terapi yaitu dengan cara menyemprot dengan
bahan-bahan berbau tajam seperti kapur barus, minyak wangi, daun sere
dll. Bahkan belakangan ini petani sudah mulai putus asa sehingga
menggunakan pagar kawat berpenghantar listrik tegangan tinggi. Itulah
hebatnya tikus, mereka mampu membangkitkan inovasi dan kreatifitas para
petani.
Hama tikus memang benar-benar sulit
dikendalikan, sehingga banyak petani yang gagal panen. Petani
menganggap hama ini mempunyai kecerdasan yang luar biasa dan mempunyai
penciuman yang sangat tajam. Jika diberi makanan yang dicampur racun,
ketika menyaksikan temannya mati dia akan mengerti dan nggak akan mau
makan lagi. Jika dilakukan pembunuhan ataupun gropyokan dan bangkainya
tetap ditinggal di petakan sawah, maka si tikus akan marah dan akan
memporak porandakan padi disekitar petakan tersebut.
Karena
berbagai hal tersebut diatas atau mungkin ada penyebab lain, hingga
akhirnya petani banyak yang percaya kalau tikus itu mempunyai raja.
Didaerah maspary, ada beberapa teman petani yang katanya pernah melihat
raja tikus tersebut. Dia mengatakan kalau pada suatu malam dia pergi
kesawah untuk menjaga sawahnya dari serangan hama tikus tersebut. Dia
sangat terkejut ketika melihat ribuan hama tikus yang sedang
digembalakan oleh rajanya. Rajanya berbentuk seperti manusia tinggi
besar, berkulit hitam, berbulu dan mukanya seperti tikus. Oleh karena
itulah kenapa tikus sangat sulit dikendalikan.
Akhirnya
dengan mitos tersebut banyak petani yang mempunyai pandangan lain
terhadap hama tersebut. Mereka beranggapan hama tikus perlu di hormati
dan tidak boleh dibunuh. Bahkan sebagian petani ada yang memberi makan
mereka secara rutin dengan menyisihkan beberapa bagian gabah hasil panen
mereka dan ditaburkan sekeliling pematang sebulan sekali. Inilah
pemikiran yang sangat bertentangan dengan sebagian besar petani yang
ingin memberantas hama tikus, sehingga mereka bisa menjadi penghambat
gerakan pengendalian tikus.
Konon ceritanya ada
seorang teman petani yang bernama Pak Mingun. Pak mingun termasuk
golongan yang kedua, beliau sangat percaya dan yakin bahwa hama tikus
tidak boleh diburu. Karena tikus memiliki keluarga besar dan memiliki
raja yang akan merusak tanama kita jika kita sampai membunuh tikus.
Bahkan ketika suatu saat diadakan emposan massal, pak Mingun sangat
melindungi tikus di petakan sawahnya dengan cara menutup liang tikus
tersebut dengan tanah sehingga kami tidak menemukan sarang tikus satupun
disekitar itu. Intinya Pak Mingun ini sangat luar biasa dalam membela
hama tikus ini.
Sampai pada suatu saat, ketika
Pak Mingun sedang berkunjung kesawahnya yang sedang menghijau beliau
melihat anak tikus yang jatuh keluar sarang. Bak binatang kesayangannya,
belia mengambil anak tikus tersebut dengan sangat hati-hati dan
memasukkan kembali kedalam sarang tikus tersebut lalu menutupi sarang
tersebut dengan daun supaya si anak tikus tidak kepanasan. Dia berharap
dengan kasih sayang dan kebaikkannya tersebut akan mendapat imbalan dari
si Raja tikus dan keluarganya dengan tidak merusak padi yang telah
menghijau miliknya.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya ?
Beberapa
hari setelah itu, dipagi yang cerah pak Mingun seperti biasa pergi
kesawah untuk mengontrolnya. Alangkah terkejutnya dia melihat tanaman
padi dipetakan sawahnya luluh lantah dan porak-poranda di rusak oleh
hama tikus tersebut. Perasaan sedih, kecewa, marah, benci menggumpal
menjadi satu berputar dalam dadanya. “Kenapa engkau sangat tega kepadaku
?” dalam hati dia bertanya kepada tikus. “Kalau begitu mulai detik ini
sekarang kita berperang, dasar kurang ajar kau ini tikus, ternyata
kabaikkanku selama ini tidak pernah kau hargai” pak Mingun mengumpat.
Sejak
peristiwa itu Pak Mingun sudah tidak percaya lagi kalau tikus punya
raja dan harus dihormati, disayangi ataupun dilindungi. Sekarang Pak
Mingun menjadi penggerak paling depan dalam pengendalian hama tikus
dikelompok taninya.
Begitulah sekelumit kisah
nyata di daerah maspary tentang raja hama tikus. Apakah benar hama tikus
mempunyai raja ? Silahkan simpulkan sendiri……. Sampai jumpa lagi di
blog Penyuluh Pertanian dalam postingan selanjutnya. Semoga kisah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Langganan:
Postingan (Atom)