BASIS ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI INOVASI DI BIDANG PERTANIAN
MENDENGAR SAYA LUPA ,MELIHAT SAYA INGAT,MENCOBA SAYA PAHAM MELAKSANAKAN SAYA MAHIR .

Rabu, 04 Juli 2012

PANEN MATA TEMPEL JERUK


Panen dan Penanganan Pasca Panen Ranting Mata Tempel Jeruk Bebas Penyakit
Alur distribusi materi perbanyakan jeruk bebas penyakit yang secara nasional telah dibakukan mengikuti  beberapa tahapan, yaitu berawal dari  Blok Fondasi (BF) yang merupakan benih dasar yang berasal dari pohon induk bebas penyakit atau benih penjenis di LOLITJERUK, kemudian ke Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang merupakan benih pokok dari BF, dan selanjutnya mata tempel dari BPMT ini akan digunakan di Blok Penggandaan Benih Komersial (BPBK) atau penangkar bibit untuk menghasilkan benih sebar. Proses produksi bibit di  setiap tahapan dilakukan  berdasarkan regulasi yang berlaku dan dalam pelaksanaannya diawasi oleh petugas BPSB setempat secara berkala guna menjamin bahwa bibit yang dihasilkan benar benar bebas penyakit. 
Bibit jeruk komersial berlabel bebas penyakit yang ada di Indonesia umumnya diperbanyak dengan cara okulasi sehingga mutu mata tempel yang digunakan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan okulasi dan bibit jadinya. BPMT yang dikelola secara optimal akan mampu menghasilkan mata tempel yang bermutu dan dapat diatur ketersediannya pada saat dibutuhkan oleh penangkar bibit.  
Ranting mata tempel yang telah dipanen adakalanya bisa mengalami kemunduran mutu akibat cara panen dan penanganan pasca panennya  yang kurang benar, sehingga pengelola BPMT perlu memahami cara dan penanganan pasca panen ranting mata tempel yang benar dan efisien. Prinsip efisiensi produksi bibit jeruk berlabel bebas penyakit adalah satu biji dan satu mata tempel harus menjadi satu bibit okulasi yang bermutu.
Panen  Ranting  Mata  Tempel
Cara panen ranting mata tempel yang salah akan mempengaruhi mutu dan tindakan pengelolaan pemeliharaan BPMT selanjutnya. Artinya, bahwa panen mata tempel yang tidak tepat waktunya dan dilakukan secara selektif atau tidak serentak terbukti dapat mengakibatkan perubahan pola pertumbuhan tunas selanjutnya, pemeliharaan menjadi tidak efisien dan waktu panen sulit diprediksi. Ranting mata tempel harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi pada saat diperlukan yaitu pada musim penempelan yang biasanya pada musim kemarau. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memanen ranting mata tempel adalah :
  1. Gunting pangkas dan pisau okulasi yang digunakan untuk memanen dan memroses lebih lanjut ranting mata tempel, sebelumnya harus disucihamakan dengan mecelupkan ke dalam alkohol 70% atau klorox, atau diusap dengan kapas yang dibasahi disinfektan.
  2. Ranting mata tempel dinyatakan siap dipanen sekitar 3-4 bulan setelah pemangkasan bentuk atau panen, penampang ranting sudah berbentuk bulat hingga tidak terlalu pipih, mata tunas menonjol (tidak dorman), tidak cacat dan warna ranting hijau segar. 
  3. Panen ranting mata tempel  dalam satu tanaman sebaiknya dilakukan serentak dalam kondisi sedang tidak berpupus. Keuntungan panen secara serentak adalah jumlah mata tempel yang akan  dipanen berikutnya dapat diprediksi. Panen mata tempel secara selektif dapat dilakukan dan biasanya hanya untuk memenuhi kebutuhan mata tempel dalam jumlah sedikit tapi kontinyu.
  4. Setiap tanaman di BPMT dinyatakan siap dipanen  bila lebih dari 70% ranting yang ada memenuhi kriteria siap dipanen. Panen ranting mata tempel secara serentak dapat dilakukan jika lebih dari 70% populasi tanaman yang ada dalam kondisi siap dipanen ranting mata tempelnya.
  5. Setiap ranting mata tempel yang dipanen sebaiknya memiliki daun yang masih melekat utuh, yang menandakan mata tempel dalam kondisi  aktif.
Perlakuan  Pasca  Panen
Ranting mata tempel yang dipanen dari BF maupun BPMT masih dapat tercemar tujuh macam jamur yaitu : Fusarium sp, Collectroticum sp, Cercospora sp, Phytium sp, Alternaria sp, Aspergilus sp dan Penicillium sp yang diyakini dapat menurunkan mutu mata tempel terutama selama menjalani pengiriman dan penyimpanan. Perlakuan pasca panen ranting mata tempel bertujuan untuk mengeleminasi serangan jamur sekaligus meningkatkan ketahanan mata tempel dalam menjalani pengiriman dan penyimpanan serta meningkatkan persen tempelan jadi. Tahapan perlakuan ranting mata tempel adalah sebagai berikut:
  1. Membuang daun dengan memotong tangkai daunnya. Pembuangan daun dengan tangan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan di sekitar mata tempel.
  2. Membuang bagian ranting mata tempel yang penampangnya terlalu pipih dan mata tempel dorman yang biasanya terletak pada bagian pangkal ranting mata tempel terutama mata tempel yang tidak berdaun.
  3. Mencuci potongan ranting mata tempel dengan air bersih beberapa kali, kemudian direndam dalam larutan klorok 10% (100 ml kloroks + 900 ml air) selama 1 menit dan kemudian ditiriskan dan dikeringanginkan.
  4. Ranting mata tempel, selanjutnya direndam dalam larutan berbahan aktif Benomyl 1% (10 gr Benomyl + 990 ml air) selama 1 menit, selanjutnya ditiriskan dan dikeringanginkan. Jika diperlukan, pengeringan bisa dilakukan dengan bantuan kipas angin. Volume larutan yang disediakan disesuaikan dengan jumlah ranting mata tempel dan diupayakan seluruh bagian ranting mata tempel dapat terendam sempurna.
  5. Mata tempel siap diokulasikan, disimpan atau dikirim ke tempat tujuan pemesan.
Pengemasan,  Penyimpanan  dan  Pengiriman
  1. Luka bekas potongan bagian pangkal dan ujung ranting mata tempel yang telah  telah diperlakukan  dicelupkan ke dalam parafin atau lilin yang yang telah dicairkan guna menghindari penguapan yang berlebihan.
  2. Ranting mata tempel kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan yang ujungnya  diikat rapat. Ukuran kantong plastik disesuaikan dengan jumlah ranting mata tempel yang akan dikemas. Akhir-akhir ini, tersedia kantong plastik khusus yang mampu melewatkan gas ethylen yang dikeluarkan ranting mata tempel sehingga bisa meningkatkan daya simpannya.
  3. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menyimpan  bungkusan ranting mata tempel tersebut di atas ke dalam refrigerator/ruang pendingin bersuhu antara 4°-7°C. Pada kondisi ini ranting mata tempel dapat bertahan selama sekitar 10  hari. 
  4. Pengirman ranting mata tempel dapat dilakukan  dengan memasukkan dan menata bungkusan plastik berisi ranting mata tempel (tahap 2) ke dalam gabus plastik atau stryrofoam sesuai volumenya; selanjutnya setelah ditutup rapat dengan selotip dimasukkan ke dalam kardus relatif tebal yang ditutup rapat dengan selotip.
  5. Untuk pengiriman jarak yang lebih jauh, ranting mata tempel sebelum dibungkus kantong plastik transparan dibungkus dengan kertas koran yang sebelumnya disimpan semalam di refrigerator bersuhu 4°-7°C.
Perlakuan  Pasca  Penyimpanan  dan  Pengiriman
Ranting mata tempel yang disimpan dalam ruang pendingin (refrigerator) pada suhu 4°-7°C atau yang dikemas selama pengiriman bertujuan untuk mempertahankan mutu mata tempel dalam beberapa hari, dan selanjutnya mata tempel harus segera diokulasikan. Ranting mata tempel yang dikeluarkan dari refrigerator atau kemasan pengiriman tidak boleh langsung diokulasikan pada batang bawah di lapang, tetapi harus diperlakukan lagi, karena kesalahan penanganan akan menyebabkan keberhasilan tempelan jadi rendah. Selama dalam refrigerator, terjadi penurunan suhu jaringan pada ranting dan apabila langsung diokulasikan di lapang akan terjadi perbedaan suhu secara menyolok sehingga menyebabkan mata tempel menjadi layu berkerut dan beberapa beberapa hari kemudian mati. Demikian pula pada ranting mata tempel hasil pengiriman, yang selama di perjalanan akan mengalami fluktuasi suhu dalam kemasan yang tidak menentu. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah resiko kegagalan okulasi pasca penyimpanan dan pengiriman :
  1. Keluarkan ranting mata tempel dari refrigerator atau kemasan pengiriman.
  2. Bukalah pembungkusnya, dan letakkan ranting pada wadah kering dalam ruangan teduh (suhu ruang) beberapa lama supaya mengalami adaptasi dengan suhu luar.
  3. Periksa dan seleksi apabila ditemukan ranting yang kering, cacat terserang cendawan atau busuk dan segera dibuang, sedangkan sisa ranting yang utuh/normal diperlakukan dengan pencelupan dalam larutan fungisida benomyl (seperti pada perlakukan di atas). Apabila ranting mengandung uap air/basah, keringkan beberapa saat sampai ranting benar-benar kering (apabila perlu gunakan kipas angin). Ranting mata tempel untuk okulasi harus pada kondisi tidak mengandung uap air/basah.

Sabtu, 19 Mei 2012

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI DEMFARM PADI

Pemberdayaan Petani Melalui Demfarm Padi

Pemberdayaan Petani melalui Demfarm Padi merupakan upaya fasilitasi pembelajaran bagi petani/kelompoktani dengan menerapkan teknologi padi yang sudah teruji agar mereka mampu menggunakan potensi yang dimilikinya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas padi.
Untuk mewujudkan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, pada tahun 2012 diperlukan luas tanam sebesar 14,02 juta ha. Dari luasan tersebut, kegiatan SL-PTT memerlukan luas tanam sebesar 3,5 juta ha, GP3K sebesar 1,14 juta ha, SRI sebesar 60 ribu ha, swadaya murni petani sebesar 8,85 juta ha, dan sisanya (perluasan areal tanam dan pengurangan lahan) sebesar 0,47 juta ha.  Lahan swadaya murni petani meliputi lahan pasang surut, lahan lebak, lahan gambut, lahan tadah hujan, lahan kering dan lahan irigasi teknis.
Dalam rangka pengawalan dan pendampingan kepada petani di lahan swadaya murni petani seluas 8,85 juta ha, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (Badan PPSDMP) mengembangkan kegiatan Pemberdayaan Petani melalui Metode Demfarm dengan Pola SL-Agribisnis Padi.
Pemberdayaan Petani melalui Demfarm Padi merupakan upaya fasilitasi pembelajaran bagi petani/kelompoktani melalui penerapan teknologi padi yang sudah teruji agar mereka mampu menggunakan potensi yang dimilikinya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas padi. Dari kegiatan tersebut, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi para petani dalam agribisnis padi, sehingga terjadi peningkatan produktivitas dan produksi padi dalam mendukung terwujudnya target surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014.
Demonstrasi Farming Padi
Demfarm padi sebagai sarana pembelajaran petani dimaksudkan: (1) Mempercepat proses diseminasi teknologi padi kepada petani; (2) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam menerapan teknologi padi; (3) Menerapkan berbagai metode penyuluhan; (4) Menumbuh-kembangkan kelembagaan petani; dan (5) Menumbuh kembangkan penyuluh swadaya.
Komponen Pemberdayaan Petani melalui Demfarm Padi, terdiri dari:
1. Petani peserta pemberdayaan demfarm berasal dari satu poktan yang sama dengan jumlah 20-30 orang;
2. Penyuluh pendamping berperan sebagai fasilitator  dalam proses pemberdayaan petani;
3. Teknologi yang digunakan telah teruji (secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial budaya dapat diterima masyarakat), meliputi benih, pupuk berimbang, pola tanam, pengendalian OPT, dan pascapanen;

Sabtu, 31 Maret 2012

RAJA TIKUS

BENARKAH TIKUS PUNYA RAJA ?


Salam Petanian ! Hama padaTanaman padi yang sampai saat ini sangat sulit dikendalikan adalah hama tikus. Dengan berbagai cara petani mencoba mengupayakan untuk menanggulanginya. Gropyokan, emposan, musuh alami, racun, jebakan bahkan sampai dengan cara pemberian aroma terapi yaitu dengan cara menyemprot dengan bahan-bahan berbau tajam seperti kapur barus, minyak wangi, daun sere dll. Bahkan belakangan ini petani sudah mulai putus asa sehingga menggunakan pagar kawat berpenghantar listrik tegangan tinggi. Itulah hebatnya tikus, mereka mampu membangkitkan inovasi dan kreatifitas para petani.
Hama tikus memang benar-benar sulit dikendalikan, sehingga banyak petani yang gagal panen.  Petani menganggap hama ini mempunyai kecerdasan yang luar biasa dan mempunyai penciuman yang sangat tajam. Jika diberi makanan yang dicampur racun, ketika menyaksikan temannya mati dia akan mengerti dan nggak akan mau makan lagi. Jika dilakukan pembunuhan ataupun gropyokan dan bangkainya tetap ditinggal di petakan sawah, maka si tikus akan marah dan akan memporak porandakan padi disekitar petakan tersebut.
Karena berbagai hal tersebut diatas atau mungkin ada penyebab lain, hingga akhirnya petani banyak yang percaya kalau tikus itu mempunyai raja. Didaerah maspary, ada beberapa teman petani yang katanya pernah melihat raja tikus tersebut. Dia mengatakan kalau pada suatu malam dia pergi kesawah untuk menjaga sawahnya dari serangan hama tikus tersebut. Dia sangat terkejut ketika melihat ribuan hama tikus yang sedang digembalakan oleh rajanya. Rajanya berbentuk seperti manusia tinggi besar, berkulit hitam, berbulu dan mukanya seperti tikus. Oleh karena itulah kenapa tikus sangat sulit dikendalikan.

raja-tikus

Akhirnya dengan mitos tersebut banyak petani yang mempunyai pandangan lain terhadap hama tersebut. Mereka beranggapan hama tikus perlu di hormati dan tidak boleh dibunuh. Bahkan sebagian petani ada yang memberi makan mereka secara rutin dengan menyisihkan beberapa bagian gabah hasil panen mereka dan ditaburkan sekeliling pematang sebulan sekali. Inilah pemikiran yang sangat bertentangan dengan sebagian besar petani yang ingin memberantas hama tikus, sehingga mereka bisa menjadi penghambat gerakan pengendalian tikus.
Konon ceritanya ada seorang teman petani yang bernama Pak Mingun. Pak mingun termasuk golongan yang kedua, beliau sangat percaya dan yakin bahwa hama tikus tidak boleh diburu. Karena tikus memiliki keluarga besar dan memiliki raja yang akan merusak tanama kita jika kita sampai membunuh tikus. Bahkan ketika suatu saat diadakan emposan massal, pak Mingun sangat melindungi tikus di petakan sawahnya dengan cara menutup liang tikus tersebut dengan tanah sehingga kami tidak menemukan sarang tikus satupun disekitar itu. Intinya Pak Mingun ini sangat luar biasa dalam membela hama tikus ini.
Sampai pada  suatu saat,  ketika Pak Mingun sedang berkunjung kesawahnya yang sedang menghijau beliau melihat anak tikus yang jatuh keluar sarang. Bak binatang kesayangannya, belia mengambil anak tikus tersebut dengan sangat hati-hati dan memasukkan kembali kedalam sarang tikus tersebut lalu menutupi sarang tersebut dengan daun supaya si anak tikus tidak kepanasan. Dia berharap dengan kasih sayang dan kebaikkannya tersebut akan mendapat imbalan dari si Raja tikus dan keluarganya dengan tidak merusak padi yang telah menghijau miliknya.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya ?
Beberapa hari setelah itu, dipagi yang cerah pak Mingun seperti biasa pergi kesawah untuk mengontrolnya. Alangkah terkejutnya dia melihat tanaman padi dipetakan sawahnya luluh lantah dan porak-poranda di rusak oleh hama tikus tersebut. Perasaan sedih, kecewa, marah, benci menggumpal menjadi satu berputar dalam dadanya. “Kenapa engkau sangat tega kepadaku ?” dalam hati dia bertanya kepada tikus. “Kalau begitu mulai detik ini sekarang kita berperang, dasar kurang ajar kau ini tikus, ternyata kabaikkanku selama ini tidak pernah kau hargai” pak Mingun mengumpat.
Sejak peristiwa itu Pak Mingun sudah tidak percaya lagi kalau tikus punya raja dan harus dihormati, disayangi ataupun dilindungi. Sekarang Pak Mingun menjadi penggerak paling depan dalam pengendalian hama tikus dikelompok taninya.
Begitulah sekelumit kisah nyata di daerah maspary tentang raja hama tikus. Apakah benar hama tikus mempunyai raja ? Silahkan simpulkan sendiri……. Sampai jumpa lagi di blog Penyuluh Pertanian dalam postingan selanjutnya. Semoga kisah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.